Minggu, 11 Oktober 2009

Mengenal Dasar Kamera Digital : Depth of Field

Artikel ini masih membahas dasar fotografi dan masih berkaitan dengan tulisan sebelumnya seputar diafragma (arperture).

Bukaan diafragma akan mengakibatkan efek lain selain masalah terang dan gelap, yaitu Depth of Field (Ruang Tajam). Semakin besar bukaan maka F nya kecil dan semakin sempit ruang tajamnya. Semakin Kecil bukaan (F besar), semakin lebar ruang tajamnya .

gambar-5b

Misalkan Anda ingin membuat foto tentang anak, tapi background ternyata tidak indah dipandang, maka Anda bisa mengkaburkan background dengan cara membuka diafragma lebih besar (F nya semakin kecil).
Tetapi bila Anda ingin membuat foto anak di pantai yang indah dan kita ingin agar pemandangan pantai juga nampak jelas, maka bukaan diafragma harus diperkecil (F semakin besar).

gambar-5c

Tetapi bila ingin membuat foto anak di pantai yang indah dan ingin agar pemandangan pantainya juga nampak jelas, maka bukaan diafragma harus dikecilkan (F semakin besar).

Shutter Speed
Di depan Sensor kamera terdapat semaca jendela yang disebut Shutter, yang berfungsi untuk mencegah cahaya masuk ke dalam sensor sebelum tombol kamera (tombol shutter) kita tekan. Ketika kita mengambil gambar, tombol shutter akan kita tekan, begitu tombol kita tekan jendela ini akan membuka dalam kurun waktu tertentu dan lalu menutup lagi. Kecepatan jendela ini waktu membuka dan menutup akan menentukan seberapa lama sensornya terkena cahaya. Itulah yang disebut shutter speed.

gambar-6a

Semakin cepat shutter speednya maka cahaya yang masuk juga semakin sebentar sehingga hasil foto nya akan semakin gelap, dan semakin lambat shutter speednya maka cahaya yang masuk juga semakin lama sehingga hasil fotonya akan semakin terang. Satuan dari shutter speed adalah detik, misalnya 1 detik, ½ detik, 1/60 detik, 1/250 detik, 1/500 detik, dan sebagainya.

Ketika jendela terbuka dan belum menutup, kalau objek yang kita foto bergerak maka objek yang bergerak tersebut akan tampak kabur. Jadi kalau kita memfoto objek yang bergerak tapi kita menginginkan objek tersebut tetap tajam (tidak kabur) maka kita harus menggunakan shutter speed yang lebih cepat dibandingkan gerakan objek tersebut.

Pada Gambar 6C menggunakan shutter speed 1/40 detik. Di sini terlihat bahwa karena orangnya bergerak lebih cepat dari shutter speednya, maka orangnya tampak tidak tajam atau kabur atau boleh juga dikatakan ada motion effectnya atau efek gerak. Tetapi karena motor dan pagar dan pohonnya tidak bergerak, maka mereka tetap tampak tajam. Jadi bila kita ingin menghasilkan foto dengan orangnya bisa tampak tajam dan tidak bergerak, maka kita harus menggunakan shutter speed yang lebih cepat dari gerakan orangnya.

Di dalam gambar 6B, saya menggunakan shutter speed 1/400, sehingga meskipun orangnya bergerak, kita tetap dapat membekukan gerakannya. Andaikata orang tersebut berlari lebih cepat lagi dan kita tetap ingin membekukan gerakannya, maka kita harus menggunakan shutter speed yang lebih cepat lagi, misalnya saja 1/1000 detik.

Pada gambar 6A, hampir keseluruhan gambar tampak kabur, dimanakah letak kesalahannya ? Apakah shutter speednya terlalu rendah ? Bukan !! Logikanya begini, motor dan pagarnya kan tidak bergerak sama sekali, jadi meskipun kita memakai shutter speed yg sangat rendah, misalnya 2 detik sekalipun seharusnya tetap mereka bisa tampak beku.

Jadi kalau begitu dalam kasus ini, pasti tangan yang memegang kamera lah yang tidak stabil (bergerak). Memang dalam pengambilan gambar 6A, tangan yang memegang kamera sengaja dibikin bergetar, sehingga karena kameranya bergerak maka keseluruhan gambarnya akan ikut terlihat bergerak. Untuk mengatasi pergerakan tangan kamera dibutuhkan adanya Image Stabilizer yang sudah dibahas sebelumnya

Disalin dari : " komputekonline.net "

0 komentar: