Banyak orang berpikir bahwa untuk memiliki dan membangun sebuah studio rekaman dibutuhkan biaya yang sangat besar–karena harus membangun sebuah ruangan yang besar, beli peralatan rekaman yang High End, dan membutuhkan sistem peredaman suara–tentunya semua itu butuhkan biaya sangat mahal.
Itu pemikiran lama !.
Teknologi berkembang dengan sangat cepat. Tak terkecuali pada bidang teknologi perekaman. “Buktinya apa donk ?”. Nah, itulah yang akan kita bahas pada edisi pertama ini.
Ada dua jenis studio rekaman jika dilihat dari biaya yang dibutuhkan untuk membangunnya dan kompektivitas dari peralatan yang digunakan, yaitu :
1. Sistem rekaman professional ( Professional Digital Studio Recording )
2. Sistem rekaman rumahan ( Digital Home Recording )
Studio Rekaman Professional
Ini dia model studio rekaman yang banyak banget beredar di dunia perekaman di tanah air !.
Sebuah model studio yang mempunyai peralatan sangat kompleks dengan piranti Rack Processor, seperti Compressor, Limiter, Noise Gate, Pre Amp, dan lainnya, piranti Mixer yang mempunyai banyak Channel, ruang take yang penuh dengan peredam dan sistem akustik yang bagus, hingga kualitas instrumen musik dan microphone serta speaker monitor yang berkelas. Itulah sebabnya di sebut Studio Rekaman Profesional.
Namun pastinya komplektivitas dari semua elemen tersebut bermuara pada satu titik yang membuat banyak orang merasa “ wah kayaknya aku gak jadi bikin studio rekaman deh “, yaitu biaya yang dibutuhkan “ mahal bung ! “.
Jika diurai satu persatu tentang harga peralatan yang dibutuhkan memang sangat masuk akal kalo studio model ini membutuhkan biaya yang besar. Mari kita berhitung tentang beberapa harga alat yang dibutuhkan untuk membangun studio rekaman profesional ini.
Contoh untuk perangkat musik yang dibutuhkan antara lain gitar listrik, gitar akustik, keyboard, gitar bass, hingga satu set drum dan perkusi. Untuk kebutuhan perangkat instrumen musik ini harga yang harus dibayar kurang lebih Rp. 20 jutaan.
Selanjutnya adalah perangkat Microphone. Untuk mendapatkan hasil yang berkualitas harga total Microphone yang harus dibayar kurang lebih Rp. 22 jutaan. Harga mahal ini dikarenakan microphone yang dibutuhkan cukup banyak–untuk drum saja minimal 7 buah ( Snare, Hi-Hat, Tom 1, Tom 2, Floor, Overhat kiri, Overhat kanan, dan Kick drum ) serta Microphone vokal.
Masih belum percaya kalo harga untuk Microphone sangat mahal? Ambil contoh Microphone untuk Overhat. Untuk mendapatkan hasil yang berkualitas maka Microphone yang digunakan adalah AKG 414 ( 1 buah harganya 9 juta an ). Belum lagi dengan kebutuhan perangkat elektronik yang digunakan untuk proses rekaman, antara lain Mixer, Rack Processor, dan lainnya. Ditambah lagi untuk buat membangun ruangan studio dengan peredam dan sistem akustik yang mahal. “Waah, pasti pusing tuh mikirin duitnya dari mana..!“.
Digital Home Recording System
Ini adalah model studio rekaman jaman sekarang! Perkembangan teknologi yang cepat juga merambah ke dunia perekaman. Hal ini memunculkan sistem perekaman digital dengan perangkat yang tidak terlalu kompleks ( “dan pastinya tak terlalu menguras dompet.. “ ), namun mempunyai kualitas yang tidak kalah dengan studio rekaman profesional.
Studio rekaman model ini menggunakan pendekatan piranti lunak ( Software ) dalam sistemnya. Maksudnya, peralatan-peralatan berharga mahal pada studio rekaman profesional di replace atau diganti dengan Software tersebut. Hal ini memang untuk lebih menekan biaya yang diperlukan dalam membangun studio rekaman.
Contohnya adalah kubutuhan drum untuk studio rekaman yang diganti oleh Software yang mensimulasi suara drum set asli. Contoh Software untuk simulasi suara drum set ini antara lain Groove Agent, EZ Drummer, BFD Drum, dan masih banyak lagi.
Contoh lainnya adalah simulasi dari instrumen guitar dan efeknya yaitu antara lain Virtual Guitarist, Amplitube, Guitar Rig, GTR, dan masih banyak lagi. Software simulasi dari instrumen – instrumen musik ini dikenal dengan nama VST ( Virtual Studio Technology ).
Untuk menekan harga dari efek processor audio seperti Pre Amp, Compressor, Limiter, Noise Gate, Noise Reduction, dan sejenisnya maka dibuatlah Software simulasi untuk perangkat-perangkat tersebut antara lain WizzoVerb, Nomad BlueVerb, Nomad Analog Trackbox, dan masih banyak lagi. Software simulasi untuk perangkat efek prosesor audio ini dikenal dengan nama Plug In.
VST dan Plug In ini bisa bekerja jika terlebih dahulu kita mengaktifkan Software perekaman. Beberapa contoh Software perekaman antara lain Cubase Studio 4, Nuendo 3, Cakewalk Sonar, Adode Audition, Pro Tools, dan lainnya.
Nah dengan Software simulasi tersebut maka kebutuhan untuk Hardware atau perangkat keras akhirnya bisa ditekan. Kebutuhan untuk Hardware pada Digital Home Recording hanyalah seputar perangkat yang memang tidak bisa disimulasi menjadi Software atau perangkat dasar untuk proses perekaman saja. Contohnya adalah Converter AD/DA ( External Soundcard ), Digital Console, Flat Speaker, Condenser Microphone, Headphone dan Keyboard Controller. Harga untuk perangkat-perangkat tersebut hanya berkisar dibawah 10 jutaan saja. “Wow, so cheap isn’t it ?! “.
Keuntungan membangun Digital Home Recording selain dana yang cukup murah adalah troubleshooting yang tidak terlalu bertele-tele dikarenakan Hardware yang digunakan juga tidak banyak dan Cabling System nya juga mudah. Ini adalah model studio yang nantinya bakal menguasai dunia perekaman masa mendatang.
Namun kembali lagi bahwa hasil perekaman pasti ditentukan oleh kualitas dari peralatan yang digunakan. Sehebat-hebatnya Digital Home Recording yang digunakan, kualitas yang diperoleh tidak bisa mengalahkan Studio Rekaman Professional karena faktor dari keaslian perangkat yang digunakan. Contohnya adalah suara rekaman dari drum simulasi, misalnya EZ Drummer, tidak akan bisa mengalahkan suara drum asli dari Studio Rekaman Profesional. Jadi semua dikembalikan kepada kebutuhan masing-masing pemakai.
Selamat membangun studio rekaman yang sesuai dengan kebutuhan anda !.
Disalin dari : " komputekonline.net "
0 komentar:
Posting Komentar