"Kenyamanan optical mouse ternyata mempunyai efek samping yang berbahaya. Tiga tahun semenjak peluncuran pertama optical mouse oleh microsoft, telah ditemukan ribuan kasus kelainan pada jaringan tangan akibat radiasi yang dipancarkan mouse. Optical mouse bekerja dengan memancarkan gelombang elektromagnetik frekuensi tinggi ke permukaan di bawahnya. Frekuensi yang digunakan jauh lebih tinggi dari pada handphone.
Telah diketahui secara luas bahwa telapak tangan dan kaki merupakan pusat ujung-ujung syaraf tubuh. Radiasi yang dirasakan oleh telapak tangan bisa berpengaruh fatal pada kesehatan, karena menurut laporan WHO radiasi dari mouse setara 5 kali radiasi handphone. Akan tetapi radiasi mouse menjadi berbahaya karena dipegang terus menerus oleh pemakai komputer.
Pengaruh radiasi dari mouse lebih terasa pada produk-produk berkualitas rendah, karena produk-produk yang bagus memiliki shield (pelindung) untuk melindungi pergelangan tangan."
"WHO, GreenPeace, dan CNN sudah menghentikan penggunaan optical mouse untuk seluruh kegiatan di kantornya, sementara Microsoft dan IBM mengucurkan dana sekitar 2milyar dolar untuk kerjasama pembuatan pointing device yang lebih aman. Industri-industri hardware terbesar di Cina dan Taiwan berusaha menutup-nutupi hal ini. Jika diperhatikan, mouse-mouse optical yang beredar di pasaran saat ini diproduksi oleh merk-merk yang tidak terkenal, padahal itu hanyalah sisa produksi industri besar yang sudah menghentikan penjualan."
"Untuk itu, cobalah memegang mouse hanya di saat diperlukan saja. Berlatihlah menggunakan Hotkey (Ctrl-C, Ctrl-V untuk kopi paste). Kembalilah menggunakan mouse model lama (bola)".
Disalin dari : howto-bagaimana.blogspot.com
Senin, 12 April 2010
Bahaya Optical Mouse
Label: INTERMEZO, K3, Kesehatan, Tips n Trik
Diposting oleh Joko Purnomo di 07.59 1 komentar
Senin, 10 Agustus 2009
Daftar 10 Makanan Berbahaya Saat Mengemudi
SEBUAH perusahaan asuransi bernama insurance.com mengeluarkan daftar makanan yang mereka percaya sebagai 10 makanan paling berbahaya untuk dikonsumsi saat mengemudikan kendaraan.
Di bawah ini adalah daftar 10 makanan tersebut:
- Kopi (meski dengan wadah yang memiliki tutup)
Alasannya: Kopi panas akan mudah keluar dan tumpah saat kendaraan menerjang gundukan.
- Sup panas (sejumlah orang meminum sup seperti meminum kopi)
Alasannya: Sama dengan kopi.
- Tacos (makanan ini mudah berceceran)
Alasannya: Kondisi ini membuat suasana mobil bagai salad bar dan mengganggu konsentrasi mengemudi.
- Chilli Dogs (berpotensi besar mengotori pakaian depan)
Alasannya: Konsentrasi terganggu akibat kegiatan membersihkan pakaian dan rasa panas akibat bumbu pedas mengenai kulit.
- Hamburger (lemak dan saus yang keluar saat digigit mengotori tangan)
Alasannya: Tangan yang berlumuran lemak membuat roda kemudi licin.
- Iga dan sayap (apa yang lebih mengganggu dibanding menjilati jari-jari anda?)
Alasannya: Hampir sama dengan hamburger.
- Ayam goreng (membuat tangan berminyak)
Alasannya: Akan mengganggu pengendalian saat anda mengemudi sambil membersihkan tangan.
- Donat jeli (Anda tak mungkin bisa memakannya tanpa memperhatikan jeli yang keluar
dari makanan ini)
Alasannya: Mengganggu dan mengalihkan konsentrasi dari jalan.
- Soda dan minuman berkarbonasi
Alasannya: Desisi di hidung, saat bocor berbahaya, mudah meledak saat terguncang.
- Cokelat
Alasannya: Bisakah Anda membersihkan ceceran coklat di lingkar kemudi tanpa membuat kendaraa berbelok?
Disalin dari : http://www.mediaoto.com/
Label: INTERMEZO, K3, Tips n Trik
Diposting oleh Joko Purnomo di 20.41 0 komentar
Driving Skills For Life (DSFL)
PROGRAM Driving Skills For Life (DSFL) diresmikan di Amerika Serikat pada 2003 oleh unit nirlaba dari Ford Motor Company Fund, US Governors Highway Safety Association dan panelis-panelis ahli keselamatan untuk memberikan program edukasi dan advokasi kepada 'pengendara awal' tentang keterampilan berkendara aman.
DFSL memiliki 3 aspek
- Smart Driving - Protecting Lives - Saving Fuel.
Smart Driving dibagi dalam 3 kategori
- Defensive Driving - Safety Driving - Eco Driving
Defensive Driving: Adalah perilaku mengemudi yang membuat kita terhidar dari masalah, baik yang disebabkan orang lain maupun diri sendiri atau dengan kata lain merupakan pendekatan intelektual tentang bagaimana cara mengemudi dengan aman, benar, efisien dan bertanggung jawab.
Dengan kata lain defensive driving menitik beratkan pada tata krama di jalan raya dengan menanamkan sikap selalu berfikir positif. Defensive driving lebih mengedepankan intelektualitas dan kebijaksanaan dalam menghadapi berbagai situasi.
Instruktur Indonesia Defensive Driving Center (IDDC), Dodi Budiono menyontohkan, "Jika perjalanan kita 'dipotong' oleh pengendara lain, biarkan saja dan tumbuhkan sikap positif misalnya anggap saja ia sedang buru-buru mau ke rumah sakit, istrinya mau melahirkan atau alasan apapun untuk bisa memaklumi pengendara seperti itu."
Kalau kita melakukan pembalasan dengan 'memotong'nya lagi, tambah Dodi, tak akan ada habisnya dan tak ada gunanya, meski kita bermaksud hendak memberikan pendidikan dan mengingatkan. "Ada pepatah, yang waras yang ngalah. Itu saja kita jadikan pegangan daripada menguras energi yang tak perlu," tambah Dodi di Acara DSFL yang digelar di Lemdiklat POLRI Cikeas, Cibubur (7/8).
Safety Driving: Berkendara dengan keterampilan dan pengalaman berdasarkan standar keselamatan dan cara cara berkendara aman dan benar, diditambah dengan sikap mental positif dan kewaspadaan secara terus menerus.
"Safety driving lebih cenderung pada teknik, ketrampilan, dan kemampuan kita dalam mengemudikan kendaraan, dan umumnya pengendara yang sudah bertahun-tahun sudah memilikinya, meski ada beberapa hal kecil yang luput dari perhatiannya," tutur Dodi.
Dodi menyontohkan, biasanya kewaspadaan akan berkurang jika pengendara sudah terbiasa melewati rute tertentu. "Kasarnya, merem aja juga udah pasti nyampe," guyonnya.
Padahal, lanjutnya, lewat rasa percaya diri yang berlebihan, justru akan mengurangi kewaspadaan. "Sesekali kita mengubah rute yang biasa kita lewati untuk tetap melatih kewaspadaan kita," anjurnya.
Eco Driving: Teknik berkendara dengan menggunakan prinsip-prinsip dasar defensive driving dan safety driving agar tercapai tujuan utamanya yaitu berkendara dengan efisien (hemat bbm) serta mengurangi kadar polusi (ramah lingkungan).
"Lakukanlah perpindahan gigi pada rpm yang rendah antara 1.500-2.500rpm, tenang dan senyaman mungkin. Kencang sah-sah saja tetapi dengan kecepatan terukur dan tetap menerapkan cara mengemudi yang aman dan nyaman," ujar Dodi menyarankan.
PROGRAM Driving Skills For Life (DSFL) diresmikan di Amerika Serikat pada 2003 oleh unit nirlaba dari Ford Motor Company Fund, US Governors Highway Safety Association dan panelis-panelis ahli keselamatan untuk memberikan program edukasi dan advokasi kepada 'pengendara awal' tentang keterampilan berkendara aman.
Program ini juga telah digelar di Indonesia oleh PT Ford Motor Indonesia (FMI) sejak Agustus tahun lalu dan kini program tersebut kembali dilanjutkan pada Jumat (7/8) lalu dengan mengundang sejumlah wartawan sebagai pesertanya.
Pada program yang digelar untuk kedua kali pada Jumat (7/8) ini, Driving Skills For Life (DSFL) memberikan 10 tips dalam berkendara beserta penjabarannya yang disampaikan oleh Instruktur Indonesia Defensive Driving Center (IDDC) Dodi Budiono, yaitu:
1. Sabuk keselamatan (seatbelt)
2. Kaca spion (mirror)
3. Pengemudi yang defensive
4. Gangguan dalam berkendara
5. Menjaga jarak aman.
6. Pengoperasian gigi transmisi yang paling ideal
7. Menggunakan momentum kendaraan.
8. Mematikan mesin kendaraan
9. Memeriksa kendaraan sebelum dijalankan
10. Menghemat BBM dengan mengurangi bobot
1. SABUK KESELAMATAN (Seatbelt/safety belt)
Perangkat ini mampu melindungi penggunanya dari cedera yang lebih serius pada kecelakaan. Pemakaian seatbelt yang benar dapat menahan tubuh tidak terbentur dengan roda kemudi (setir) dan kaca depan, terlontar keluar lewat kaca depan maupun samping saat terjadi kecelakaan fatal.
Biasakan mengenakan sabuk keselamatan sebelum Anda memutar kunci kontak, meski hanya untuk memindahkan parkir mobil sekalipun karena kita tak tahu kapan musibah akan datang.
Kenakanlah sabuk keselamatan dengan benar dan jangan terlipat karena justru bisa mencederai dan mengganggu fungsinya saat terjadi kecelakaan.
Penggunaan perangkat ini juga suatu keharusan bagi penumpang begian belakang karena sudah ditemui kasus kecelakaan pada sebuah sedan berisi 5 penumpang. Seluruh penumpang mengenakan sabuk keselamatan dan hanya seorang saja yang tidak.
Akibatnya 3 tewas dan yang lainnya kritis dan satu orang cedera berat yang diakibatkan justru akibat terbentur oleh penumpang yang tak mengenakan sabuk keselamatan.
Wanita hamil pun wajib menggunakannya. "Posisi sabuk bagian bawah yang benar adalah dikenakan di bawah perut," jelas Instruktur IDDC, Dodi Budiono.
2. KACA SPION (Mirror)
Umumnya pengemudi tak menyesuaikan kaca spion dan tidak mengoptimalkan. Padahal perangkat ini penting untuk memantau kondisi belakang kendaraan dan mengurangi blind spot.
Blind spots adalah daerah dimana pengemudi tak bisa terlihat oleh pengendara baik secara langsung karena terhalang maupun daerah yang tak terjangkau melalui kaca spion. Makin besar ukuran kendaraan, makin besar area blind spots-nya.
Karena spion dan mata anda tak bisa sekaligus melihat seluruh sekeliling kendaraan Anda, sebaiknya saat berpindah jalur lakukan prosedur tetap yaitu, nyalakan lampu sinyal (sein), lihat spion dan shoulder check/head check (menoleh sejenak untuk memastikan tak ada kendaraan lain).
3. DEFENSIVE DRIVING (Pengemudi yang defensif)
Ada 4 kunci dalam hal defensive driving:
- Alertness/Kewaspadaan (pada kondisi dan hal apapun)
- Awareness/Kesadaran (atas resiko yang dapat timbul pada saat berkendara)
- Attitude/Perilaku (tata krama berkendara)
- Anticipation/Antisipasi (bereaksi cepat menghindari resiko)
Defensif driver harus bersifat:
ALTRUISTIC: Sifat mementingkan orang banyak dan pemaaf.
- Tidak egois dan adil pada pengguna jalan lain yang memiliki hak yang sama.
- Selalu waspada pada kemungkinan kesalahan yang disebabkan pengguna jalan lain.
- Takut menyebabkan celaka bagi orang lain dan kerusakan barang.
- Menerapkan cara-cara mengemudi yang aman dan benar.
KINDNESS: Baik hati
- Mengemudi bersikap santai.
- Mempertahankan hati pada kondisi positif.
- Berfikir positif dan selalu memberikan alasan masuk akal pada cara-cara mengemudi pengguna jalan lain.
Misalnya saat pengendara lain 'memotong' jalan dengan tergesa-gesa dan tidak sopan, anggap saja ia tengah dikejar waktu untuk menengok anaknya yang sakit atau apa saja untuk membuat kita tidak terprovokasi.
CALMNES: Sikap tenang santai dan tidak tegang.
- Selalu tenang dan menghindari setiap provokasi dari pengguna jalan lain.
- Selalu menganalisa situasi jalan terhadap apa yang sedang terjadi.
- Selalu mengemudi berdasarkan standar keselamatan yang berlaku.
- Sopan dalam mengemudi dan selalu mengontrol emosi.
SOCIAL RESPONSIBILITY: Beranggung jawab sosial
- Memiliki tanggung jawab sosial yang tinggi.
- Mau berbagi hak dengan pengguna jalan lain.
- Dapat mengendalikan emosi dan tak terprovokasi.
- Berbudaya keselamatan (safety culture).
Disalin dari : " mediaoto.com " " mediaoto.com " " mediaoto.com "
Label: INTERMEZO, K3, Keamanan, Tips n Trik
Diposting oleh Joko Purnomo di 20.34 0 komentar
Sabtu, 01 Agustus 2009
Hierarchy of Control: Cara Mengurangi Bahaya Tambang
Di artikel ini sudah dibahas perihal perbedaan antara hazard and risk.
Disana juga diulas mengenai penanganan bahaya yang mesti diprioritaskan pada critical hazard (bahaya kritis) yang dapat menyebabkan kerugian besar.
Sebagai lanjutan, disini akan dibahas tentang Hierarchy of Control atau urutan penanganan bahaya. Penanganan mesti dimulai dari kondisi dengan bahaya (hazard) dan resiko (risk) terbesar.
Berikut adalah Hierarchy of Control dalam penanganan bahaya dan resiko:
Eliminasi
Cara ini mengharuskan penghilangan bahaya secara total. Karena tidak ada lagi bahaya, kemungkinan kecelakaan menjadi nol.
Contoh: Ada perenang dengan ikan hiu. Tindakan eliminasi ditempuh dengan memindahkan/membunuh hiu, hingga perenang terbebas dari bahaya.
Substitusi
Cara ini diambil untuk mengurangi tingkat bahaya. Sumber bahaya utama diganti dengan sesuatu yang kurang membahayakan.
Contoh: Hiu diganti dengan boneka sponge bob.
Isolasi
Isolasi ditempuh untuk memisahkan atau mengurangi potensi bahaya yang mungkin diderita pekerja.
Contoh: Dibuat tembok beton untuk memisahkan antara perenang dengan hiu.
Rekayasa
Cara ini ditempuh dengan desain atau modifikasi hardware untuk mengurangi potensi bahaya.
Contoh: Dibuatkan kerangkeng untuk perenang agar terhindar dari gigitan hiu.
Administrasi
Dicapai dengan melakukan perubahan prosedur untuk mengurangi potensi bahaya.
Contoh: Memasang tanda “Awas Ada Hiu” sebagai peringatan untuk perenang.
Alat Pelindung Diri
Melengkapi pekerja dengan alat pelindung untuk mengurangi keparahan jika terjadi peristiwa tak diinginkan.
Contoh: Melengkapi perenang dengan baju besi untuk menangkal gigitan hiu.
Dalam banyak kasus keenam Hierarchy of Control ini mesti dikombinasikan. Kombinasi mesti diarahkan untuk menurunkan tingkat resiko bahaya hingga serendah-rendahnyaDisalin dari : " kulitambang.wordpress.com "
Label: K3, Mining + Oil n Gas
Diposting oleh Joko Purnomo di 18.25 0 komentar
Hazard and Risk: Apa Bedanya?
Ini adalah dua istilah terkenal dalam keselamatan kerja: hazard (bahaya) dan risk (resiko). Keduanya selalu dikaitkan, jarang mereka berdiri terpisah.
Hazard and risk bukanlah istilah yang hanya dimiliki industri tambang, melainkan juga melekat pada bidang industri lain.
Meski sering disebut, keduanya justru tidak diinginkan. Pemerintah hingga mesti turut campur dengan mengeluarkan peraturan plus sangsi bagi siapa saja yang sengaja mengabaikan usaha pencegahan hazard and risk.
Jadi apa itu hazard and risk?
Hazard (bahaya) adalah sesuatu yang dapat menyebabkan cedera pada manusia atau kerusakan pada alat atau lingkungan. Sedang risk (resiko) didefinisikan sebagai peluang terpaparnya seseorang atau alat pada suatu hazard (bahaya).
Batuan rapuh di tambang bawah tanah merupakan contoh hazard. Jika seorang pekerja berada 100 m dari daerah itu, dia akan aman. Artinya, pekerja itu mempunyai resiko hampir nol untuk tertimpa.
Namun jika si pekerja ini mendekati daerah batuan rapuh itu, resiko tertimpa semakin meningkat.
Jadi tidak semua hazard akan menimbulkan kerugian. Hazard mesti ketemu dengan risk untuk menuntun ke terjadinya kecelakaan. Semakin besar risk, semakin tinggi pula peluang kecelakaan itu.
Untuk melindungi karyawan dan aset perusahaan, hazard and risk harus ditekan serendahnya.
Langkah ini dimulai dengan mengidentifikasi hazard. Semua potensi bahaya mesti dikenali, baik yang berasal dari tindakan maupun kondisi kerja yang tidak aman.
Setelah hazard terpetakan, langkah berikut adalah mengevaluasi resiko. Tidak semua hazard memiliki potensi merusak yang sama. Prioritas mesti diberikan kepada critical hazard (bahaya kritis) yang dapat menyebabkan kerugian besar.
Setelah beres, langkah dilanjutkan dengan menyusun rencana pencegahan. Semua elemen perusahaan mesti mempunyai komitmen atas rencana ini agar rencana tidak tinggal rencana.
Bagian terakhir yang juga penting adalah evaluasi. Jika sudah baik, semua bisa dilanjutkan. Jika ada yang masih bolong, penambalan atau perubahan program jadi niscaya dilakukan
Disalin dari : " kulitambang.wordpress.com "
Label: K3
Diposting oleh Joko Purnomo di 18.18 0 komentar