Senin, 19 Oktober 2009

Pengertian Editing

Stop Dreaming Start ActionImage via Wikipedia

Kata editing dalam bahasa Indonesia adalah serapan dari Ingris. Editing berasal dari bahasa Latin editus yang artinya ‘menyajikan kembali’. Editing dalam bahasa Indonesia bersinonim dengan kata editing. Dalam bidang audio-visual, termasuk film, editing adalah usaha merapikan dan membuat sebuah tayangan film menjadi lebih berguna dan enak ditonton. Tentunya editing film ini dapat dilakukan jika bahan dasarnya berupa shot (stock shot) dan unsur pendukung seperti voice, sound effect, dan musik sudah mencukupi. Selain itu, dalam kegiatan editing seorang editor harus betul-betul mampu merekontruksi (menata ulang) potongan-potongan gambar yang diambil oleh juru kamera. Leo Nardi berpendapat editing film adalah merencanakan dan memilih serta menyusun kembali potongan gambar yang diambil oleh juru kamera untuk disiarkan kepada masyarakat. (Nardi, 1977: 47).

Pertunjukan film di bioskop ataupun televisi di rumah-rumah apabila belum melalui proses editing bisa dipastikan hasilnya tidak maksimal, penonton cenderung merasa bosan dan jenuh. Padahal, tayangan film ataupun video begitu ekonomis. Artinya, penayangannya sangat bergantung pada aspek waktu. Waktu begitu mahal dan menentukan dalam proses penayangan film. Jika sebuah tayangan berdurasi 60 menit, itu artinya selama waktu itu pencipta film harus menjamin tidak membuat penonton bosan apalagi meninggalkan bioskop, atau kalau di televisi memindahkan saluran. Begitu berartinya sebuah hasil editing sampai ada pengamat film yang menyatakan bahwa ruh tayangan film adalah proses editing.

Selain itu, J.M. Peters menyatakan bahwa yang dimaksud dengan editing film adalah mengkombinasikan atau memisah-misahkan rangkaian film sehingga tercapai sintesis atau analisis dari bahan yang diambil (Peters, 1980: 9). Di sini, Peters mengungkapkan, dengan editing, film sintesis atau sutradara televisi dapat menghidupkan cerita, menjernihkan suatu keterangan, menyatakan ide-ide atau menimbulkan rasa haru pada penonton. Nyata sekali Peters menekankan pada aspek ‘pemberian’ suasana dan nuansa sebuah film setelah melalui proses editing. Pada saat editing berlangsung, tentunya tugas editor tidak hanya menyambung-nyambung belaka. Karena selain unsur visualisasi, unsur pikturisasi (penceritaan lewat rangkaian gambar) juga penting. Unsur inilah yang membedakan kegiatan sambung menyambung dengan editing. Selain itu, keindahan sebuah film tidak melulu disampaikan lewat rangkaian gambar, tetapi juga tingkahan musik dan sound effect yang menjadikan sebuah film bernuansa. Di zaman film bisu, rangkaian gambar diupayakan semaksimal mungkin membangun cerita film, tetapi setelah era film bersuara, kolaborasi antara film dan musik begitu menyatu.

Sementara itu, D.W. Griffith berpendapat bahwa editing film merupakan suatu hal yang terpenting dalam film karena editing film itu merupakan suatu seni yang tinggi. Seni sendiri merupakan pondasi dari film. Menyunting film adalah menyusun gambar-gambar film untuk menimbulkan tekanan dramatik dari cerita film itu sendiri. Sutradara dan editor harus pandai dalam selection of shot, selection of action ( scene demi scene yang harus dirangkaikan) (Griffith, 1972: 20-25).

Dari penjelasan Griffith tersebut, terkandung pengertian bahwa di samping pentingnya penyusunan film, perlu adanya penyisipan-penyisipan potongan film untuk membuat film itu bercerita. Ini penting sekali diungkapkan dalam pembuatan film pada televisi karena televisi sangat singkat, tetapi bagaimana caranya supaya masyarakat tertarik untuk menyaksikan secara keseluruhan.

Adapun Pudovkin mengatakan perlu adanya constructive editing, yakni pelaksanaan editing film yang sudah dimulai dari penulisan dan membuat shot-shot sebagai materi editing film. Dalam hal editing ini, Pudovkin mempunyai sebuah prinsip, yaitu peristiwaperistiwa yang akan direkam dalam gambar tidak terlepas dari tiga faktor: watak manusia, ruang dan waktu. Di samping tidak terlepas dari ‘lirik editing’, yakni bagaimana caranya mengeksploitasi sesuatu yang tidak tampak seperti kegembiraan, kesenangan, kesedihan, dan lain-lain (Pudovkin, 1972: 26).

Namun pendapat dari kedua pakar film tersebut ditentang oleh Elsenstein, seorang arsitek yang lari ke dunia film. Dia mengecam Griffith dan Pudovkin dengan alas an keduanya hanya menyambung gambar dengan mengharapkan penonton ikut tertawa atau menangis. Menurut dia, dalam proses editing film harus dilakukan dengan cara menyambung dua buah shot atau adegan yang dapat menimbulkan pengertian baru melalui cara pemikiran dan selalu menimbulkan istilah pemikiran yang baru. Untuk itu, dia menghadapkan pada kiasan melalui lambang-lambang sehingga penonton turut berpikir secara intelektual terhadap adegan yang dilihatnya (1972: 33).

Terlepas dari beberapa pendapat tentang editing film tersebut, yang jelas proses editing memang menduduki posisi penting dalam menghasilkan karya film yang menarik dan tidak membosankan. Oleh karena itu, tugas seorang editor begitu berat dan mengandung resiko sebab bisa jadi stock shot yang sebetulnya sudah bagus malah tidak bisa ‘bercerita’ karena kegagalan sang editor.

Disalin dari : "
belajarnge.blogspot.com "

Editing Video

Stop Dreaming Start ActionImage via Wikipedia

Pada dasarnya, editing film dengan video tidak ada bedanya. Hal yang membedakannya, yakni pada aspek teknologinya. Karena dalam perkembangannya muncul teknologi digital, untuk lebih jelasnya dibedakan antara analog dan digital.

Linear dan Nonlinear Editing
Jika kita cermati, sebetulnya editing film yang kita saksikan pada umumnya menggunakan nonlinear editing karena di dalamnya memungkinkan terjadinya penambahan atau pengurangan di sembarang tempat terhadap shot dan scene-scene yang ada. Secara umum untuk membedakan antara linear editing (analog dan digital) dan nonlinear editing terlihat pada aspek teknologinya. Ramang Syah menjelaskan, pada proses pengalihan editing video tape yang sangat mendasar adalah proses pengalihan/dubbing dari sumber material (original tape) ke edit master (master tape). Untuk melakukan editing, hal-hal yang perlu dipikirkan dan dilakukan secara bertahap, yakni:

1) memilih gambar dan suara dari sumber materi dan tentukan bagian-bagian mana yang ditransfer ke master tape,

2) kemudian temukan bagian-bagian itu harus ditempatkan pada master tape,

3) untuk mendapatkan sequence yang tepat sesuai dengan naskah, bagian-bagian tadi harus ditempatkan pada ruang kolom yang sesuai,

4) sesudah itu informasi tadi dialih/dub dari sumbernya ke master tape, scene by scene. Sampai saat ini, belum ada keseragaman dalam proses rekaman gambar sehingga setiap produser mendesain dan membuat video tape recorder (VTR) menurut versinya masing-masing. Hal ini dapat kita jumpai pada format-format VTR yang banyak dipasarkan antara lain Format B, C, Umatic, Betacam, dan lain-lain. Saat ini yang dianggap paling tinggi kualitas gambar dan suaranya adalah digital VTR yang dirintis oleh Matsushita Panasonic dengan type AD 350 (kamera dan VTR digital pertama kali digunakan di Olimpiade Barcelona 1992).

VTR merupakan suatu mesin yang terdiri atas sistem elektronik dan mekanik yang digunakan saat rekaman, editing, dan penyiaran. Alat ini berfungsi merekam signal video dan audio kemudian memutar kembali kedua signal tersebut (play back) secara bersamaan (syncron). Selain kedua signal tadi, juga turut terekam signal pengontrol (CTL = control track line) dan signal identifikasi/addres (TC + time code) (Syah, 2000 : 1-2).

Linear Editing
Pada sistem linear editing, prosesnya dilakukan dengan cara langsung dan apabila terdapat kekurangan dan kesalahan, akan dilakukan pengulangan. Pada akhirnya, editing sistem ini menuntut peralatan yang besar dan bermutu untuk menjaga kualitas hasil yang sedang dikerjakan. Pada umumnya, peralatan semacam ini hanya dimiliki oleh kalangan tv penyiaran (broadcasting house) dan production house (PH) skala besar. Jika hasilnya belum sempurna, akan dilakukan pengulangan editing yang memakan cukup banyak biaya. Untuk kalangan pembuat film indie, sistem ini jarang dipakai.

Dalam sistem ini, seorang editor harus teliti dan cermat dalam mengedit. Jika terjadi kesalahan sedikit saja, pekerjaan yang hampir selesai bisa jadi harus diulang dari awal. Lantas apa yang membedakan antara analog dan digital?

Pengertian umum analog dari teknologi media audio visual adalah cara merekam yang dilakukan, baik ketika shooting video maupun saat mentransfer dari pita satu ke pita yang lain dengan perangkat kerjanya, merupakan proses perekaman gelombang cahaya secara berkesinambungan (kontinyu) menjadi satu bentuk kurva garis melengkung, seperti garis grafik yang lengkungannya bergantung pada tinggi rendahnya cahaya itu sendiri.

Adapun pengertian digital merupakan proses perekaman gelombang cahaya dengan pola terputus-putus on-off lalu on-off begitu seterusnya, sesuai dengan karakternya dari teknologi komputer, yang pada akhirnya menjadi satu bentuk kurva garis kotak-kotak yang juga membentuk grafik yang terdiri atas banyak kotak kecil (Sahid, 2000:1).

Nonlinear Editing
Sistem inilah yang kini banyak diminati kalangan indie karena di samping mudah juga murah dan bisa dilakukan di setiap PC. Edit sistem ini sering disebut juga dengan istilah digital video editing. Sistem ini juga bisa disebut dengan Random Access dari video dan audio ke dalam suatu media rekam berupa disk (disk storage) atau hard disk.

Penyimpanan data di hard disk sangat memudahkan pengolahan. Selama data masih tersimpan di dalamnya, seorang editor bisa berulang-ulang mengedit bagian yang kurang sempurna tanpa harus mengulang dari awal lagi. Selain itu jika hasilnya sudah final, bisa dikopi berulang-ulang dengan kualitas yang tetap. Jika menggunakan teknologi analog, hasil berupa kaset tidak akan tahan sampai lima generasi pengkopian.
Langkah-langkah non linear editing adalah sebagai berikut:

1. Logging Artinya pada sistem nonlinear editing yang dicatat adalah time code in (angka perhitungan jalannya pita kaset) dan time code out dari sebuah shot secara utuh, dari klip awal hingga sutradara memutuskan cut pada sebuah shot. Pada umumnya, mesin nonlinear editing jenis apa pun memiliki keterbatasan dari hard disk yang sangat berhubungan erat dengan banyaknya gambar yang bisa disimpan dalam memorinya. Dengan keterbatasan ini, seorang editor harus betul-betul memilih shot yang baik. Selection of action sudah dilakukan pada tahap logging ini. Apabila ada kesempatan, alangkah baiknya editor melihat lebih dahulu materi shot yang akan di logging. Pada tahap ini dilakukan pengadministrasian yang efektif sebab ada hal-hal prinsip yang harus dilakukan dalam menuliskan deskripsi dari shot-shot itu. Pertama editor harus menulis terlebih dahulu nomor scene pada awal kalimat, kemudian disusul masing-masing dengan nomor shot, dan nomor take, baru disusul dengan nama tokoh (karakter) yang akan muncul pada gambar itu, setelah itu keterangan peristiwa apa yang dialami atau terjadi dengan tokoh itu.

2. Digitizing Yaitu proses memasukkan gambar dan suara yang sudah di- logging ke hard disk komputer. Sebelum pekerjaan ini dilakukan, editor harus memutuskan dahulu akan menggunakan audio video resolution (AVR) berapa, yaitu tingkat kualitas gambar seperti apa yang dibutuhkan dalam pekerjaan awal ini.

3. Editing Film Pada tahap ini, editor biasanya melakukan off line edit dahulu untuk mendapatkan gambaran keseluruhan dari program yang diedit. Namun dalam kegiatan nonlinear editing jika mesin yang digunakan kualitasnya baik seperti Avid, on line d a n off line dapat dilakukan sekaligus.

4. Redigitize Proses ini dilakukan dengan cara menggunakan edit decition list (EDL). Jika anda menggunakan mesin untuk off line berbeda dengan menggunakan mesin pada saat on line, kita harus menggunakan EDL dari time line yang sudah ada ketika membuat off line editing. Hal ini penting agar tidak terjadi perbedaan AVR di dalam satu time line, yang menyebabkan komputer tidak bisa berfungsi sebagaimana mestinya (Sahid, 2000: 5).

Pedoman Pemotongan (Cuting)
Pemotongan adalah lang,kah lanjutan setelah proses capturing dilakukan. Pemotongan dilakukan terhadap gambar redundan yang berupa

1) bidikan-bidikan yang terlampau pendek yang disebabkan suatu kesulitan atau hal-hal lain pada saat pengambilan gambar. Umpamanya ketika juru kamera mengadakan pengambilan gambar lantas pandangannya terhalang oleh orang ramai,

2) hasil pengambilan panning yang kurang stabil serta pencahayaan yang terlampau terang atau terlalu gelap,

3) bidikan yang terlampau panjang harus dibuang sebagian karena ini dapat membuat penonton jemu,

4) gambar-gambar yang kurang tajam (out of focus) jika hal ini tidak disengaja,

5) hal-hal yang dirasakan mengganggu kelancaran isi cerita

Disalin dari : "
belajarnge.blogspot.com "

Jenis-jenis Kamera Movie

Stop Dreaming Start ActionPerkembangan teknologi kamera movie (sebutan untuk kamera gambar gerak) sangatlah pesat. Sejak ditemukan pada paruh kedua abad 19 hingga kini telah berkembang berbagai tipe kamera movie dari berbagai produsen. Penggolongan berdasarkan merek dan tipe sangatlah banyak dan rumit. Penggolongan biasanya didasarkan pada system kerja dan format media penyimpan.

Berdasarkan sistem kerja kamera movie terbagi menjadi dua yakni kamera mekanik dan kamera elektronik. Kamera elektronik sendiri dibagi menjadi kamera elektronik analog dan kamera elektronik digital.

Kamera mekanik adalah kamera yang tidak melibatkan rangkaian elektronik. Kamera bekerja dengan tenaga manusia, atau tenaga pegas. Di akhir generasi kamera mekanik sudah menggunakan batery sebagai penggerak rangkaian mekanik. Kamera mekanik menggunakan pita selluloid (film positif) sebagai media penyimpan gambar.
Kamera elektronik analog (kemudian disebut kamere analog) adalah kamera yang sistem kerjanya menggunakan rangkaian elektronik. Cahaya yang masuk ke ruang lensa ditangkap oleh kepingan CCD (charge couple device ), sejenis chip elektronik peka cahaya, berfungsi mengubah cahaya menjadi arus listrik dengan kekuatan yang berbeda-beda sehingga merepresentasikan tiga warna dasar yakni red, green, dan blue (RGB). Dengan rangkaian elektronik pula arus listrik yang mereprentasikan RGB ini diubah menjadi muatan maknet. Muatan magnet inilah yang kemudian disimpan pada pita magnetik atau pita video (video tape). Sejak inilah dipopulerkan istilah video untuk menyebut unsur visual yang dihasilkan secara elektronik.

Kamera elektronik digital (kemudian disebut kamere digital) mirip dengan kamera elektronik analog. Bedanya pada proses penyimpanan. Cahaya yang telah diubah menjadi arus listrik diubah lagi menjadi data digital (data biner). Pada kamera analog intensitas warna dan suara ditentukan oleh kuat lemah muatan magnetik, sedang pada kamera digital intensitas warna maupun suara ditentukan oleh data biner hasil olahan perangkat keras dan perangkat lunak.

Perbedaan kamera digital dengan kamera analog juga terlihat pada kestabilan data video pada proses reproduksi. Muatan magnet (data analog) pada pita magnetik akan terus berkurang sesuai dengan frekuensi reproduksi. Hal ini tidak terjadi pada data digital. Berapa kalipun data digital dikopi tak akan mengalami pengurangan kualitas. Kita bisa menganalogikan proses reproduksi data digital dengan pengkopian file di disket.

Disalin dari : "
belajarnge.blogspot.com "

PROSES PRODUKSI VIDEO

Saat ini kita asumsikan kalau kita telah memiliki sebuah judul cerita, misalnya “Pernikahan Wishnu dan Ema”, “Profil Perusahaan Jamu Cap Kapak Maut”, atau “Petualangan Besar MatMitMut : Tentang Neraka Jahanam”, atau kita membuat sebuah video pendek untuk konsumsi Web, kepentingan industri atau presentasi pelatihan, iklan televisi, feature film, atau hanya sebuah proyek pribadi, maka semua proses yang dilakukan diatas sebenarnya memiliki kesamaan. Gambar dibawah ini menggambarkan tahapan-tahapan dalam proses produksi digital video secara umum, dengan adanya gambaran tersebut maka akan menjadi jelas letak dan fungsi pekerjaan video editing dalam proses produksi digital video. Apabila kita melihat bagan alir proses produksi digital video tersebut, maka suatu waktu terlihat bahwa ada tahapan yang overlap, proses produksi digital video sebenarnya tidak harus sama seperti bagan alir tersebut, tetapi kita dapat mengadaptasikan rangkaian kerja tersebut sesuai dengan kebiasaan, ataupun gaya kerja kita, karena setiap orang pasti memiliki gaya kerja yang berbeda-beda
Preproduction/Praproduksi

Preproduction atau Pra Produksi merupakan tahapan perencanaan. Secara umum merupakan tahapan persiapan sebelum memulai proses produksi (shooting film atau video). Dengan lahirnya teknologi digital video dan metode nonlinear editing maka proses produksi video menjadi lebih mudah. Ketika kita akan memulai sebuah proyek, terkadang kita telah memiliki stock-shoot/footage video yang kita butuhkan, untuk itu kita harus melakukan peninjauan ulang segala kebutuhan sesuai dengan cerita yang akan kita buat. Artinya, kita harus mempersiapkan footage video yang telah ada, fotografi, diagram dan grafik, gambar ilustrasi, atau animasinya. Tetapi banyak pula para videographer yang memulai dari awal atau dari nol. Pada intinya tujuan pra produksi adalah mempersiapkan segala sesuatunya agar proses produksi dapat berjalan sesuai konsep dan menghasilkan suatu karya digital video sesuai dengan harapan.

• Outline

Untuk mempermudah membuat proyek video, maka kita harus membuat sebuah rencana kasar sebagai dasar pelaksanaan. Outline dijabarkan dengan membuat point-point pekerjaan yang berfungsi membantu kita mengidentifikasi material apa saja yang harus dibuat, didapatkan, atau disusun supaya pekerjaan kita dapat berjalan. Outline dapat disusun dengan rekan kerja atau dengan klien kita, supaya kita dapat menghasilkan sebuah visi dan persepsi yang sama tentang langkah pelaksanaan proyek yang akan dibuat.

• Script/Skenario

Dengan menggunakan outline saja sebenarnya sudah cukup untuk memulai tahapan pelaksanaan produksi, tetapi dalam berbagai model proyek video, seperti iklan televisi, company profile, sinetron, drama televisi, film cerita dan film animasi tetap membutuhkan skenario formal yang berisi dialog, narasi, catatan tentang setting lokasi, action, lighting, sudut dan pergerakan kamera, sound atmosfir, dan lain sebagainya.

• Storyboard

Apabila kurang cukup dengan outline dan scenario, maka kita dapat pula menyertakanstoryboard dalam rangkaian perencanaan proses produksi kita. Storyboard merupakancoretan gambar/sketsa seperti gambar komik yang menggambarkan kejadian dalam film. Di dalam gambar tersebut juga berisi catatan mengenai adegan, sound, sudut dan pergerakan kamera, dan lain sebagainya. Penggunaan storyboard jelas akan mempermudah pelaksanaan dalam proses produksi nantinya



• Rencana Anggaran Biaya

Ketika kita sedang mengerjakan proyek professional ataupun pribadi, maka sangat dianjurkan untuk merencanakan anggaran biaya produksi. Dalam proyek professional, rencana anggaran biaya berguna untuk mengamankan keuangan perusahaan. Tanpa anggaran biaya yang terencana, dan hanya mengandalkan spekulasi, maka prosentase kerugian akan menjadi besar. Rencana anggaran biaya meliputi gaji untuk kita, rekan kerja, actor dan talent lainnya (effect specialist, graphics designer, musisi, narrator, dan animal trainers), begitu pula dengan pembelian kaset DV, biaya sewa lokasi, kostum, properties, sewa peralatan, catering dan yang lainnya.

Production/Produksi

“Quiet on the set! Action! and Roll ’em!”, kata-kata tersebut seringkali terdengar saat shooting berlangsung, pada intinya merekam kejadian langsung, adegan animasi dan suara pada film, videotape atau DV untuk menghasilkan footage/clip disebut dengan “production” atau proses produksi. Selama proses produksi berlangsung, perhatian kita akan tertuju pada lighting/pencahayaan, blocking (dimana dan bagaimana aktor atau subyek kita bergerak), dan shooting (bagaimana pergerakan kamera dan dari sudut mana scene kita dilihat). Ada banyak referensi yang bagus untuk mempelajari lebih dalam mengenai proses produksi. Pembuatan animasi/motion graphics dapat pula dikategorikan dalam proses produksi, karena bertujuan menghasilkan footage yang nantinya akan disusun dan diedit dalam proses pasca produksi.
Post Production/Paska Produksi
Setelah proses produksi maka akan dihasilkan footage atau koleksi klip video. Untuk membangun dan menyampaikan cerita, maka harus mengedit dan menyusun klip-klip tersebut dan tentu saja menambahkan visual effects, gambar, title dan soundtrack. Proses diatas disebut dengan postproduction atau pasca produksi. Berikut ini merupakan aplikasi dari Adobe yang khusus dirancang untuk proses pasca produksi :
Adobe Premiere Pro, aplikasi editing yang real‐time untuk para professional dalam bidang digital video production.
Adobe After Effect, sebuah aplikasi khusus untuk Motion Graphics dan Visual Effect.
Adobe Audition, aplikasi professional untuk pengolahan audio digital.
Adobe Encore DVD, aplikasi professional untuk DVD authoring.

Selain aplikasi-aplikasi diatas, dikenal pula dua aplikasi grafis professional yang juga memainkan peranan penting dalam menghasilkan elemen grafis berkualitas tinggi, aplikasi tersebut adalah Adobe Photoshop dan Adobe Illustrator

Disalin dari : "
belajarnge.blogspot.com "

Minggu, 11 Oktober 2009

Mengenal Dasar Kamera Digital : Depth of Field

Artikel ini masih membahas dasar fotografi dan masih berkaitan dengan tulisan sebelumnya seputar diafragma (arperture).

Bukaan diafragma akan mengakibatkan efek lain selain masalah terang dan gelap, yaitu Depth of Field (Ruang Tajam). Semakin besar bukaan maka F nya kecil dan semakin sempit ruang tajamnya. Semakin Kecil bukaan (F besar), semakin lebar ruang tajamnya .

gambar-5b

Misalkan Anda ingin membuat foto tentang anak, tapi background ternyata tidak indah dipandang, maka Anda bisa mengkaburkan background dengan cara membuka diafragma lebih besar (F nya semakin kecil).
Tetapi bila Anda ingin membuat foto anak di pantai yang indah dan kita ingin agar pemandangan pantai juga nampak jelas, maka bukaan diafragma harus diperkecil (F semakin besar).

gambar-5c

Tetapi bila ingin membuat foto anak di pantai yang indah dan ingin agar pemandangan pantainya juga nampak jelas, maka bukaan diafragma harus dikecilkan (F semakin besar).

Shutter Speed
Di depan Sensor kamera terdapat semaca jendela yang disebut Shutter, yang berfungsi untuk mencegah cahaya masuk ke dalam sensor sebelum tombol kamera (tombol shutter) kita tekan. Ketika kita mengambil gambar, tombol shutter akan kita tekan, begitu tombol kita tekan jendela ini akan membuka dalam kurun waktu tertentu dan lalu menutup lagi. Kecepatan jendela ini waktu membuka dan menutup akan menentukan seberapa lama sensornya terkena cahaya. Itulah yang disebut shutter speed.

gambar-6a

Semakin cepat shutter speednya maka cahaya yang masuk juga semakin sebentar sehingga hasil foto nya akan semakin gelap, dan semakin lambat shutter speednya maka cahaya yang masuk juga semakin lama sehingga hasil fotonya akan semakin terang. Satuan dari shutter speed adalah detik, misalnya 1 detik, ½ detik, 1/60 detik, 1/250 detik, 1/500 detik, dan sebagainya.

Ketika jendela terbuka dan belum menutup, kalau objek yang kita foto bergerak maka objek yang bergerak tersebut akan tampak kabur. Jadi kalau kita memfoto objek yang bergerak tapi kita menginginkan objek tersebut tetap tajam (tidak kabur) maka kita harus menggunakan shutter speed yang lebih cepat dibandingkan gerakan objek tersebut.

Pada Gambar 6C menggunakan shutter speed 1/40 detik. Di sini terlihat bahwa karena orangnya bergerak lebih cepat dari shutter speednya, maka orangnya tampak tidak tajam atau kabur atau boleh juga dikatakan ada motion effectnya atau efek gerak. Tetapi karena motor dan pagar dan pohonnya tidak bergerak, maka mereka tetap tampak tajam. Jadi bila kita ingin menghasilkan foto dengan orangnya bisa tampak tajam dan tidak bergerak, maka kita harus menggunakan shutter speed yang lebih cepat dari gerakan orangnya.

Di dalam gambar 6B, saya menggunakan shutter speed 1/400, sehingga meskipun orangnya bergerak, kita tetap dapat membekukan gerakannya. Andaikata orang tersebut berlari lebih cepat lagi dan kita tetap ingin membekukan gerakannya, maka kita harus menggunakan shutter speed yang lebih cepat lagi, misalnya saja 1/1000 detik.

Pada gambar 6A, hampir keseluruhan gambar tampak kabur, dimanakah letak kesalahannya ? Apakah shutter speednya terlalu rendah ? Bukan !! Logikanya begini, motor dan pagarnya kan tidak bergerak sama sekali, jadi meskipun kita memakai shutter speed yg sangat rendah, misalnya 2 detik sekalipun seharusnya tetap mereka bisa tampak beku.

Jadi kalau begitu dalam kasus ini, pasti tangan yang memegang kamera lah yang tidak stabil (bergerak). Memang dalam pengambilan gambar 6A, tangan yang memegang kamera sengaja dibikin bergetar, sehingga karena kameranya bergerak maka keseluruhan gambarnya akan ikut terlihat bergerak. Untuk mengatasi pergerakan tangan kamera dibutuhkan adanya Image Stabilizer yang sudah dibahas sebelumnya

Disalin dari : " komputekonline.net "

Mengenal Kamera Digital (III)

gambar-1

Sebelum Anda memutuskan memilih suatu kamera digital, sangat penting untuk mengetahui aspek-aspek yang mempengaruhi kualitas kamera dan juga beberapa fitur-fitur yang ada. Selain itu Anda juga perlu untuk mengerti tentang dasar-dasar fotografi. Pengertian ini akan sangat membantu Anda dalam menjatuhkan pilihan sebuah kamera digital.

Dalam melakukan pemotretan, satu hal yang paling penting adalah masalah pencahayaan. Tentunya Anda mengharapkan hasil foto dengan pencahayaan yang pas (correct exposure), maksudnya tidak terlalu terang (Over-Exposure) ataupun terlalu gelap (Under-Exposure), seperti pada gambar 1.

Ada tiga faktor penting yang akan mempengaruhi pencahayaan (exposure), yaitu ISO, Diafragma, dan Shutter Speed.

ISO

ISO adalah banyaknya cahaya yang masuk ke dalam kamera akan direkam oleh Sensor (misalnya CMOS atau CCD), sehingga akan menghasilkan gambar. ISO adalah kepekaan dari Sensor terhadap cahaya. Semakin tinggi ISO nya, semakin peka sensornya, sehingga gambarnya akan semakin terang.

Yang sering terdapat di dalam kamera digital saat ini adalah ISO 100, ISO 200, ISO 400, ISO 800, IS00 1600, ISO 3200. Jadi misalnya ketika Anda menggunakan ISO 200, maka hasil foto tadi akan lebih gelap dibanding saat menggunakan ISO 1600, semua diasumsikan settingan lain tidak ada yang kita ubah sama sekali dan kondisi cahaya di sekitar objek sama.

Tetapi ISO yang tinggi memiliki kelemahan. Yaitu, semakin tinggi ISO yang digunakan, maka hasil gambarnya akan semakin kasar (istilah yang dipakai adalah NOISE), perhatikan pada gambar 2. Jadi kesimpulannya, selama kondisi cahayanya memungkinkan, gunakan selalu ISO serendah mungkin.

Semakin besar ukuran sensor kamera, noise yang dihasilkan semakin minim (baca komputek edisi 585). Semakin besar resolusinya (megapixel), semakin tinggin noisenya, dengan asumsi ukuran sensor dan teknologi kameranya sama (baca komputek edisi 586), teknologi dari sensor juga mempengaruhi tingkat Noise (CMOS lebih bebas noise dibandingkan dengan CCD).

Di hampir semua kamera digital juga sudah menyertakan fasilitas “Noise reduction” untuk mengurangi noise,hanya saja kadar keefektifan dari noise reduction tiap merk kamera juga berbeda-beda.

Sehingga customer tidaklah mungkin untuk mengetahui kadar noise dari suatu kamera kalau belum pernah mencoba dan membandingkan tiap-tiap merk yang berbeda. Untuk kamera-kamera saku (pocket camera), saat ini yang memiliki tingkat noise paling rendah adalah Canon dan Fuji, sedangkan untuk kamera-kamera DSLR, setahun yang lalu Canon-lah yang merajai.

Tapi sekarang sudah mulai dikejar oleh merk-merk lain seperti Nikon dan Sony, salah satu alasan kenapa Nikon dan Sony sudah bisa mengejar adalah karena mereka sekarang juga menggunakan teknologi sensor CMOS, bukan CCD lagi seperti dulu.

Diafragma (Aperture)

gambar-3

Didalam lensa terdapat istilah bukaan Diafragma (gambar 3) yang berguna untuk mengatur jumlah cahaya yang bisa masuk ke dalam kamera.

Bukaanya semakin diperbesar, maka cahaya yang masuk akan semakin banyak dan hasil foto akan semakin terang, dan tentunya bila bukaannya semakin diperkecil, maka cahaya yang masuk akan semakin sedikit dan hasil foto akan semakin gelap.

Satuan dari diafragma ini dilambangkan dengan “F-Stop”. Misalnya F1.4, F2, F2.8, F4, F5.6, F8, dan sebagainya (Gambar 4). Semakin besar F-Stopnya akan semakin Kecil bukaannya, dan semakin kecil F-Stopnya akan semakin Besar bukaannya. Jadi semakin besar F-Stopnya, cahaya yang masuk akan semakin sedikit, dan hasil foto akan semakin gelap. Karena satuannya terbalik, maka banyak pemula yang kebingungan waktu pertama kali belajar.

Disalin dari : " komputekonline.net "

Mengenal Dasar Kamera Digital (II)

gambar-1

Menyambung edisi sebelumnya yang membahas tentang pengenalan dasar sebuah kamera digital. Pada edisi ini akan membahas pengertian Megapixel dan Image Stabilizer. Kedua fitur ini memang sudah tidak asing lagi untuk sebuah produk kamera digital.

Megapixel
Semakin besar Megapixel suatu kamera, maka akan semakin bagus kualitas gambarnya. Ini adalah Mitos terbesar di dalam dunia kamera, dan itu sepenuhnya tidaklah benar. Perusahaan-perusahaan kamera dan toko-toko kamera sebetulnya jelas mengetahui hal ini, tapi mereka terus saja berusaha untuk mempertahankan persepsi yang salah ini, bukan hanya mempertahankan malah, tapi mereka justru terus berusaha untuk menancapkan hal ini ke benak customer. Kenapa ?

Karena hal inilah yang menyebabkan perusahaan-perusahaan dan toko-toko itu dapat meraih keuntungan besar. Cukup dengan menambah jumlah pixelnya, tanpa perubahan lain yang lebih berarti, mereka dapat menciptakan kamera tipe baru, dan para customer yang tertipu pada berlomba-lomba untuk meng “upgrade” kameranya.

gambar-1.1

Padahal, penting sekali untuk DIINGAT, semakin tinggi Megapixelnya, bila tidak disertai dengan perubahan ukuran sensor, perubahan arsitektur kamera atau perubahan kualitas lensa, maka kualitas gambar dari kamera tersebut justru lebih jelek.

Jadi fungsi dari megapixel yang besar itu sebetulnya apa ? Kuncinya adalah pada masalah “Perbesaran”. Semakin besar resolusi suatu kamera (megapixel), maka kita dapat mencetak foto kita dengan ukuran yang lebih besar.

Tapi permasalahannya, kebutuhan rata-rata orang awam, paling hanya mencetak di ukuran 4R atau 10R saja, yang dapat dilakukan dengan sangat baik oleh kamera dengan resolusi 4 Megapixel. Pada gambar 1 adalah table untuk ukuran cetak.
Selain masalah perbesaran cetak, resolusi besar juga dapat berguna bila kita sering melakukan CROP pada Foto kita. Misalnya pada contoh gambar 1.1 dan gambar 1.2.

gambar-1.2

Pada contoh gambar di atas, karena saya menggunakan kamera 12 Megapixel (gambar 1.1), ketika saya melakukan crop (gambar 1.2), saya masih memiliki foto dengan resolusi 2 Megapixel, sehingga saya masih bisa melakukan pencetakan sebesar 10 cm x 15 cm.
Jadi, bila Anda bukan lah pengguna yang sering melakukan cetak besar atau sering melakukan cropping, kamera dengan 6 Megapixel sudah lebih dari cukup.

Image Stabilizer
Tiap merk kamera menggunakan istilah yang berbeda-beda untuk fitur yang satu ini. Ada Image Stabilizer, Vibrate Reduction, Anti Shake, Steady Shot, Optical Image Stabilizer(OIS), Vibrate Compensation, dan lain sebagainya. Itu semua fungsinya sama, yaitu untuk menyetabilkan goncangan tangan kita.

Sering terjadi salah kaprah di dalam pengertian tentang fitur yang satu ini. Salah kaprah yang sering terjadi adalah tertukarnya pengertian antara Shutter Speed dan Image Stabilizer. Ketika kita memfoto anak-anak yang sedang berlari-lari, kalau kita ingin agar anak yang kita foto itu tetap terlihat tajam (tidak blur), kita harus menggunakan Shutter Speed yang cepat, dan tidak ada hubungannya dengan Image Stabilizer. Shutter Speed yang cepat berguna untuk membekukan “Objek” yang kita foto, sedangkan Image Stabilizer berguna untuk menyetabilkan goncangan dari “Subjek” yang memfoto.

Jadi Image Stabilizer ini akan berguna ketika :
- Tangan kita sulit untuk tidak bergerak ketika melakukan pengambilan foto atau tangan kita tremor
- Melakukan pemotretan dengan Shutter Speed yang rendah (indoor, malam hari, efek-efek cahaya bergerak, foto air terjun, dsb)
- Melakukan foto-foto dengan lensa tele (jarak jauh) misalnya 200 mm
- Melakukan foto-foto macro (jarak yang sangat dekat)

Cara kerja fitur ini adalah dengan menempatkan sensor pada lensa atau pada sensor (masing-masing produsen berbeda-beda). Sensor ini berfungsi untuk mendeteksi gerakan lensa atau kamera. Misal pada Image Stabilizer yg diletakkan di lensa, ketika kamera kita bergerak ke atas, sensor ini akan menggerakan lensa nya ke bawah, ketika kamera kita bergerak ke kiri, sensor ini akan menggerakan lensanya ke kanan, dan demikian seterusnya sehingga gambar yang kita buat akan selalu diusahakn stabil dan bebas goncangan.

Nah setelah mengetahui pengertian dari Image Stabilizer ini, kita juga dapat mengetahui tentang produsen-produsen yang nakal, yang dengan sengaja memanfaatkan kesalahkaprahan konsumen akan pengertian ini untuk menarik keuntungan.
Ada beberapa produsen yang jelas-jelas tidak memiliki teknologi Image Stabilizer ini, tapi berani mencantumkan Slogan yang serupa dan bahkan mempromosikan fitur ini melalui brosur-brosur dan sarana marketing mereka.

Atau ada juga yang sudah memiliki teknologi ini, tapi karena untuk dipasangkan pada kamera-kamera yang low end tidak akan memungkinkan dari segi harga, akhirnya mereka menciptakan istilah-istilah yang mirip tapi sebetulnya adalah tipuan, seperti misalnya Anti Shake DSP, New Anti Shake AE, dll.
Ada juga yang memang memiliki teknologi ini dan sudah memasangkan pada kameranya, tapi karena pesaing mereka mencoba membodohi konsumen, maka mereka pun ikut-ikutan juga membodohi konsumen dengan istilah-istilah yang lebih keren seperti misalnya Double Anti Blur, 4x Image Stabilization, Dual IS, dsb.

Image Stabilizer-image stabilizer palsu ini cara kerjanya adalah hanya menaikkan settingan ISO pada kamera saja. Sehingga otomatis Shutter Speed yang kita dapatkan akan lebih cepat dan karena itu dapat juga mengurangi goncangan (objek dan subjek sekaligus).

Tapi untuk fasilitas ini ada harga yang harus dibayar, yaitu kualitas gambar yang akan sangat berkurang. Karena ISO semakin tinggi maka kualitas foto akan semakin noise, banyak terdapat bintik-bintik warna-warni, tidak tajam dan sebagainya, intinya gambar akan terlihat lebih kasar.

Selain itu ada juga kelemahan lainnya, kita jadi tidak bisa melakukan pemotretan dimana kita ingin menggunakan speed yang rendah, seperti misalnya foto air terjun sehingga airnya bisa jadi seperti kapas. Dan masih ada kekurangan-kekurangan lainnya. Tetapi sebetulnya, yang paling konyol dari image stabilizer palsu ini adalah, hampir semua kamera bisa melakukan hal itu, tinggal dinaikkan aja ISOnya. Sungguh menggelikan.

Pada istilah-istilah seperti Double Anti Blur, 4x Image Stabilization, Dual IS, dan sebagainya maksudnya adalah bahwa mereka menggunakan Image stabilizer betulan dan sekaligus Image stabilizer tipuan. Sehingga dengan istilah-istilah itu produk mereka akan terlihat lebih mampu menahan goncangan. Untungnya paling tidak sampai saat ini saya masih belum melihat ada yang menggunakan istilah Double atau Dual yang ternyata isinya tidak ada Image Stabilizer asli sama sekali. Mungkin sebentar lagi.
Jadi kita mesti hati-hati, kalau melihat ada fitur seperti ini, harus dibaca dulu buku manualnya atau cari tau dari internet atau dari teman yang sudah tau, apakah image stabilizernya asli menyetabilkan gerakan pada lensa atau pada kamera, atau hanya menaikkan ISO saja. (www.sentradigital.com)

Disalin dari : " komputekonline.net "

Mengenal Dasar Kamera Digital (I)

Ketika hendak membeli sebuah barang, sering kali kita selalu meminta masukan dari teman-teman. Hal ini juga terjadi ketika membeli kamera digital, dan nasehat yang paling sering terucap adalah “Cari yang Megapixelnya paling besar, hasilnya pasti paling bagus”, atau “Cari yang Zoomnya paling besar, kameraku bisa 40x zoom, kameranya dia cuman 3x zoom tuh”, atau bisa juga “Cari yang ada anti getarnya saja, karena kameraku harganya cuman 1 juta sudah ada anti getarnya lho”, dan lain sebagainya.

Nasehat-nasehat seperti ini jelas kurang bertanggung jawab dan sedikit banyak bisa dikatakan menjerumuskan. Tapi selain itu, ada juga yang memberikan nasehat yang isinya benar, tapi tidak sesuai dengan kebutuhan si pemakai. Misalnya ingin membeli sebuah mobil yang akan gunakan untuk mengangkut barang, mungkin waktu itu terpikir untuk membeli LX300, tapi ketika meminta nasehat teman, dia mengatakan, “Jangan pakai LX300, pakai Mercedes S-Class saja, tarikannya lebih kenceng, lebih nyaman, dan lebih keren”. Kalimatnya nggak salah sih, tapi jelas si pemberi nasehat tidak menyesuaikan nasehatnya dengan kebutuhan dari si peminta nasehat. Hal inilah yang paling sering terjadi di dalam membeli barang apapun.

Ketika kita hendak membeli kamera digital, yang paling tepat seharusnya disesuaikan dengan kebutuhan. Untuk mengerti kamera mana yang paling cocok untuk sesuai dengan kebutuhan, maka mau tidak mau, sedikit banyak Anda harus memiliki pengetahuan tentang fitur-fitur yang ada pada kamera digital, serta faktor-faktor yang mempengaruhi kualitas gambar.
Disini akan menjelaskan secara garis besar, dimulai dari faktor-faktor yang mempengaruhi kualitas gambar, fungsi-fungsi dari beberapa spesifikasi kamera, dan fitur-fitur yang dirasa perlu untuk dipertimbangkan.

1. Sensor
Sensor merupakan salah satu komponen yang terpenting dan sangat mempengaruhi kualitas gambar. Sensor inilah yang bertugas untuk menangkap cahaya dari lensa sehingga akhirnya bisa menghasilkan gambar. Perlu juga diperhatikan adalah ukuran sensor dan kualitas sensornya. Sayang sekali untuk mengetahui kualitas sensor yang digunakan hampir tidak mungkin bagi orang awam, jadi yang bisa digunakan sebagai patokan hanyalah ukuran sensornya.
Semakin besar ukuran sensor akan semakin bagus kualitas gambarnya. Sensor adalah salah satu bagian dari kamera yang harganya mahal, sehingga tentunya semakin besar ukuran sensornya akan semakin mahal kameranya. Ukuran sensor yang sering digunakan adalah seperti gambar berikut ini.

2. Lensa
Kalau kita membeli kamera DSLR (kamera yang lensanya bisa diganti-ganti), faktor lensa sangat berpengaruh terhadap kualitas gambar. Lensa yang bagus akan beda sekali hasil dan performanya dengan lensa yang pas-pasan. Tapi kalau Anda membeli kamera yang bukan DSLR (Digital Single Lens Reflector), baik kamera pocket ataupun kamera prosumer, faktor lensa ini boleh kita abaikan dan tidak perlu jadi bahan pertimbangan kita. Meskipun kamera tersebut menggunakan lensa Carl Zeiss, Leica, Schneider Kreuznach, dan lain sebagainya toh percuma saja karena produsen-produsen tersebut tetap harus menyesuaikan produknya dengan harga yang diminta.

Bila dilihat dari harga kamera yang berkisar antara 2-3 jutaan, maka besar untuk dipastikan produsen tadi hanya menggunakan lensa-lensa carl zeiss standar kebutuhan saja jadi bukan lensa dengan kualitas yang betul-betul top.

Lain halnya bila Anda menggunakan kamera DSLR. Saat Anda menggunakan lensa-lensa Leica atau Carl Zeiss, maka hasilnya akan meningkat secara significant, tapi tentu saja Anda harus merogoh kocek yang jauh lebih besar. Sebagai contoh, kalau menggunakan kamera Canon, bisa diketahui harga lensa jenis Canon 50 mm F1.4 kurang lebih 3 jutaan, sedangkan harga lensa Leica 50 mm F1.4 kurang lebih 30 juta.

3. Focal Length dan Zoom
Sebetulnya faktor ini adalah bagian dari lensa, tapi untuk bisa lebih fokus saat Anda memilih kamera-kamera pocket, maka dirasa faktor ini lebih baik bila dibahas terpisah. Focal Length inilah yang menentukan sudut pandang dari suatu lensa dan juga menentukan seberapa jauh suatu objek bisa kita dekatkan.

Satuan dari Focal length ini adalah mm. Misalnya 28-105 mm. Perlu diingat semakin Kecil angkanya, semakin lebar sudut pandangnya dan semakin jauh objeknya, semakin besar angkanya, semakin sempit sudut pandangnya dan semakin dekat objeknya.

Gambar di atas menunjukkan perbedaan Sudut pandang antara menggunakan lensa 10 mm dengan lensa 12 mm, di situ terlihat bahwa pada posisi yang sama, bila menggunakan lensa 10 mm akan menghasilkan gambar yang lebih lebar dibandingkan dengan menggunakan lensa 12 mm.

Gambar di bawah ini menunjukkan perbedaan jarak dengan objek. Disini menunjukkan bahwa semakin besar focal length, kita bisa memotret objek yang jaraknya lebih jauh. Gambar B1 menggunakan lensa 70 mm, sedang gambar B2 menggunakan lensa 200mm.

Focal length yang umum digunakan pada kamera pocket adalah 35-105 mm, 35-140 mm, 28-112 mm. Bila Anda menyukai foto pemandangan atau sering foto di ruangan yang sempit, sebaiknya mencari kamera yang memiliki lensa lebar, sekitar 28 mm. Kalau suka foto binatang atau foto-foto candid sebaiknya kita cari kamera yang memiliki focal length sampai 200 mm ke atas.

Mungkin bagi Anda yang masih awan dengan fitur optical zoom, maka ada baiknya Anda harus mengetahui dasar penghitungan optical zoom. Optical Zoom adalah rentang dari lensa. Misal lensa 28-112 mm, itu berarti optical zoomnya adalah 112 dibagi 28 = 4x optical zoom, kalau lensa 35-420 mm, itu berarti 420 dibagi 35 = 12x optical zoom.

Dengan pengertian ini, maka Anda tidak lagi gegabah dengan mengatakan bahwa kamera dengan optical zoom 12x akan lebih bagus dari kamera dengan optical zoom 4x. Itu semua tergantung kebutuhan.

Misalnya untuk contoh di atas, yaitu dengan menggunakan lensa 35-420 mm, kita akan nyaman sekali bila kita suka memfoto objek yang jaraknya jauh, maka Anda tidak perlu repot-repot mendekati objek, tapi cukup dengan menekan tombol zoom saja, maka lensa dari kamera lah yang akan maju, tapi bila berada di ruangan yang sempit, padahal kita hendak memfoto serombongan orang (misalnya 6 orang yang berdiri berjejer), mungkin sekali bahwa kamera kita tidak bisa mencakup ke enam objek tersebut, tapi kamera dengan lensa 28 mm akan sanggup melakukannya.

Digital Zoom adalah perbesaran objek secara software, secara kasar dapat kita katakan bahwa digital zoom ini adalah zoom boongan. Kenapa begitu ? Karena digital zoom akan mereduksi kualitas dari gambar, dan selain itu digital zoom masih dapat kita lakukan dengan menggunakan software komputer. Jadi digital zoom bukanlah point yang akan kita pakai dalam memilih kamera digital.
Tapi karena ketidaktahuan pemakai, para produsen sering menggunakan hal ini untuk menipu.

Sering kali kita lihat ada kamera dengan total zoom 40x, padahal sebenarnya optical zoomnya 4x dan digital zoomnya 10x, jadi kalau 4 kita kalikan dengan 10 akan jadi 40x. Hati-hatilah dengan produsen yang nakal

Disalin dari : " komputekonline.net "

REASON 4.01 : SOFTWARE AJAIB UNTUK STUDIO MUSIK

Sejak awal, Propellerhead Reason 4 telah membuat banyak orang kagum. Tak berlebihan jika software yang dibuat oleh programer Swedia ini disebut sebagai software ajaib.

Konsep Reason sebenarnya sederhana yaitu sebuah software dimana seorang musisi dapat memperoleh apapun yang ia perlukan untuk membuat sebuah lagu. Lalu apa bedanya Reason dengan software lain seperti Nuendo atau Protools? Kedua program tersebut memiliki fungsi yang lebih umum yaitu merekam suara, kemudian disusul dengan kemampuan mengolah data MIDI untuk memainkan virtual instruments. Reason bukanlah pesaing kedua program tersebut, justru ia adalah pelengkap yang sangat baik untuk keduanya. Reason dapat dihubungkan dengan Nuendo maupun Protools dengan sebuah sistem yang disebut Rewire.

Secara sederhana kita dapat mengatakan bahwa Reason adalah sebuah virtual instruments. Hanya saja lebih dari sekedar virtual instruments, Reason merupakan suatu emulasi lengkap dari sebuah studio musik. Apapun yang kita temui di sebuah studio dapat kita temukan di dalam Reason.

Reason menganut sistem Closed Architecture, dimana Propellerhead Software tidak mengundang pihak ketiga untuk membuat plugins bagi Reason. Hal ini lain dengan apa yang terjadi di dunia VST maupun RTAS (lihat di komputek edisi-edisi sebelumnya). Dalam platform ini banyak sekali plugins yang dibuat oleh pihak ketiga.

Sistem tertutup ini membuat Reason memiliki komponen yang terbatas, karena tidak memiliki plugins, namun hal ini sekaligus menjadi kekuatan Reason. Karena tidak menerima plugins dari pihak ketiga, artinya Reason terbebas dari kemungkinan crash yang disebabkan ketidakcocokkan kode pemrograman antara plugins dan host. Hal ini membuat Reason sangat stabil, hampir bisa dikatakan tidak pernah crash, sesuatu yang sangat diperlukan oleh sebuah program musik profesional. Bayangkan kita sedang dikejar deadline oleh client kita, tiba-tiba sofware kita crash atau hang, job kita bisa melayang.

Di atas Kami katakan bahwa Reason memiliki komponen yang terbatas. Jangan salah sangka dulu, terbatas bukan berarti tidak lengkap. Berikut ini Kami akan paparkan devices (alat-alat) apa saja yang ada dalam Reason.

1. Mixer 14:2
Sebuah Virtual Mixer dengan 14 input dan 2 output.. Mixer ini (disebut juga sebagai Remix 14:2) memiliki fasilitas lengkap seperti send dan return serta equalizer. Ingat! dalam Reason kita dapat membuat berapapun devices yang kita inginkan. Anda butuh 4 mixer? No problemo! Reason akan membuatnya dan men-chain-nya secara otomatis untuk anda.

Mixer 14:2

2. Maelstrom dan Substractor Analog Synthesizer
Anda menginginkan suara-suara synth analog? Pingin seperti Muse yang mengabungkan musik retro ke rock modern? Pakailah dua synthesizer ini! Keduanya banyak mendapat pujian karena reaksinya yang benar-benar mirip synth analog. Dua tekanan keyboard yang sama tidak akan menghasilkan suara yang sama, benar-benar seperti analog.

Maelstrom & Substractor

3. Dr Rex Loops Player
Anda suka menggunakan Loops? Dr Rex akan memainkannya untuk anda. Bukan hanya memainkan, tetapi juga memanipulasi loops tersebut secara lengkap. Sebutkan saja yang anda perlukan : time stretch, tempo changing, pitch shift, filtering dan lain sebagainya, bukan masalah bagi Dr. Rex. Format Loops yang dimainkan mempunyai extension *.rx2. File ini sebenarnya adalah file *.wav yang telah di-slice (dipotong-potong) oleh sebuah program khusus bernama Recycle.

Dr Rex Loops Player

4. NN-XT Advanced Sampler
Untuk suara-suara instrumen yang natural seperti Piano, Gitar Akustik dsb, gunakanlah NN-XT. Dia sanggup memainkan pula suara-suara dalam format Soundfonts dan AKAI.

NN-XT Advanced Sampler
Semua devices yang ada dalam Reason dihubungkan oleh kabel-kabel, hal ini persis dengan apa yang terjadi di dunia nyata. Anda dapat mengatur sendiri routing kabel tersebut sesuai keinginan, asyik kan? Untuk melihat routing kabel, anda tinggal tekan tombol tab untuk masuk ke modus back panel.

Reason Back Panel
Sound-sound yang ada dalam Reason, dibungkus dalam sebuah file besar yang disebut Refill. Dua Refill utama yang ada dalam Reason adalah Factory Soundbank (sound standar Reason) dan Orkester Soundbank (khusus suara Orkestra).

Kabar baiknya adalah, untuk urusan suara instrumen, Propellerhead membuka kesempatan untuk 3rd party developer membuatnya. File – file refill ini akan banyak anda temui di internet, mulai dari yang freeware sampai yang komersial. Sebuah situs yang bagus untuk mulai mencari refill yang gratis adalah www.peff.com.

Mclass Effects
Refill ini membuka suatu cakrawala baru buat Reason, karena membuatnya menjadi Expandable (dapat dikembangkan). Sample-sample suara terbaru seperti Reason Pianos dan Reason Electric Bass yang direkam dengan metode Hypersampling, seakan-akan menginjeksikan kekuatan baru ke Reason.

RV7000 Advanced Reverb
Mau lebih lagi? sebenarnya masih banyak devices dalam Reason yang belum Kami bahas. Beberapa akan Kami sebutkan dengan singkat:
• MClass Compressor, sebuah compressor kelas mastering, salah satu dari banyak efek dalam Reason. Jika anda ingin belajar lebih langut tentang Compressor, kunjungilah www.my-musics.com dapatkan sebuah ebook gratis tentang Compressor di sana.
• RV7000 Advanced Reverb, sebuah Reverb yang memiliki tail (ekor suara) yang sangat lembut. Sebuah Reverb berkualitas tinggi dan sanggup mensimulasikan banyak ruangan.
• Thor Polysonic Synthesizer, sebuah synthesizer yang terlalu kompleks untuk dijabarkan, namun mudah digunakan. Suara nya mantap habis dan cara kerjanya inovatif.
• Dan Masih banyak lagi yang lain.

Thor Polysonic Synthesizer
Sekian dulu ulasan dari Kami mengenai Reason. Dikesempatan yang lain akan Kami bahas mengenai routing dan fitur-fitur menarik lainnya, ikuti terus di tabloid kesayangan kita ini. Selamat mencoba, sukses selalu!

Marcos W Yap / DMU

Disalin dari : " komputekonline.net "

Basic Of Mixing

Kenikmatan saat kita mendengarkan lagu, tidak lepas dari peran seorang Sound Engineer. Banyak yang belum tahu bahwa lagu-lagu yang biasa kita dengarkan sebenarnya melewati beberapa tahap yang cukup rumit. Berikut proses yang dilakukan dalam pembuatan lagu, yaitu: proses recording, proses mixing, dan proses mastering.

Seperti yang kita ketahui, proses recording adalah merekam suara atau permainan instrumen, dilanjutkan dengan proses mixing yaitu menata suara agar dapat menyatu satu sama lain, dan proses mastering adalah finishing dari hasil mix agar dapat dinikmati. Untuk sementara kita tidak akan membahas terlalu dalam dulu, mari kita bicara tentang mixing. Let’s get it on!

Pada dasarnya, kemampuan utama yang harus dimiliki seorang Mixing Engineer adalah melihat letak suara atau yang disebut Sound Separation, yaitu kemampuan melihat suara secara 3 dimensi, baik itu dari depan-belakangnya, kiri-kanan, dan atas-bawah. (Gambar 1)

Gambar 2

Hal lain yang perlu diperhatikan dalam mixing yang harus dikuasai oleh seorang Mixing Engineer adalah Element of Mix. Apa Itu? Element of Mix terdiri dari 6 element, yaitu:
1. Balance
2. Pan
3. EQ
4. FX
5. Dynamic
6. Interest

Mari kita bahas satu per satu elemen-elemen tersebut.

Balance
Balance adalah proses menyelalaskan volume antar instrument. Dalam proses ini kita harus menata volume masing-masing instrumen agar tidak saling bertabrakan. Sebelum melakukan balance, ada baiknya bila kita membuat gambar letak dari instrumen-instrumen yang akan kita balance (Gambar 2), seperti contoh: vokal diletakkan di depan, gitar diletakkan sedikit di belakang vokal, dan seterusnya sesuai kreasi masing-masing.

Gambar 3

Gambar 3

Pan
Pan atau disebut juga Panorama adalah peletakan suara atau instrumen di sebelah kanan, di sebelah kiri, dan di tengah, yang bertujuan memberikan kesan Stereo. Sabagai contoh: suara gitar di kanan, piano di kiri, vocal di tengah, dan sebagainya. Fungsi lain dari panning ini juga untuk memberikan kesan luas atau megah pada sebuah lagu sehingga dimensinya terbentuk dengan baik.

Gambar 4

Gambar 4

EQ
EQ adalah proses pewarnaan pada suara, yang dimaksudkan disini adalah perlakuan terhadap instrumen, dimana frekuensi tiap-tiap instrumen tidak saling mengganggu satu sama lain. Seperti contoh: suara distorsi gitar yang dirasa kelebihan treble perlu dilakukan pemotongan frekuensi di sekitar 4kHz, atau suara bass yang dirasa kurang nge-bass perlu dilakukan penambahan frekuensi di sekitar 80Hz. Namun semua ini hanya perumpamaan, proses EQ yang sebenarnya lebih memikirkan bagaimana menyetarakan frekuensi antar instrumen. (Gambar 3 & 4)

Gambar 5

Gambar 5

FX
FX dalam mixing digunakan untuk memperjelas posisi depan-belakang suara atau instrumen. FX yang banyak digunakan dalam proses mixing adalah reverb dan delay (Gambar 5). Fungsi reverb adalah untuk menciptakan dimensi ruang dan membuat suara lebih besar (bukan keras). Sedangkan fungsi dari delay adalah untuk membuat suara lebih deep (dalam).

Gambar 6

Gambar 6

Dynamic
Dynamic adalah mengendalikan dinamika atau pergerakan lagu antara bagian yang keras dan pelan (Gambar 6) . Untuk mengendalikan dinamika digunakan 3 jenis tools, yaitu: compressor, limiter, dan gate (Gambar 7). Yang banyak digunakan dalam mixing adalah compresor dan gate, sedangkan limiter hanya digunakan dalam proses mastering. Compressor berfungsi untuk mengendalikan dinamika, sebagai contoh: jika vokal gainnya tidak rata digunakan compresor supaya gainnya lebih terkendali, contoh instrumen lain yang biasanya harus di-compress antara lain: drum, bass, gitar akustik, dll. Sedangkan gate berfungsi untuk menghilangkan noise pada bagian yang tidak diinginkan, contohnya: snare drum yang terdapat bocoran suara dari hihat, gunakan gate untuk menghilangkan kebocorannya.

Gambar 7

Gambar 7

Interest
Interest adalah art of mix atau seni dalam mixing, yang dimaksud dengan art of mix disini adalah menciptakan sesuatu yang berbeda sehingga pendengar merasa tertarik. Contohnya: salah satu lagu Evanescence, pada bagian reff, vokal tidak berada di tengah tetapi berpencar di kiri dan kanan. Contoh lainnya: pada salah satu lagu Creed, vokalnya diberi distorsi.

Sebenarnya, hal yang paling menentukan dalam mixing adalah telinga. Kemampuan mendengar yang baik, melihat suara dengan baik dan hafal frekuensi, merupakan faktor yang sangat menentukan. Berlatih dan terus berlatih.

Demikian pengetahuan yang bisa saya berikan. Semoga dapat menambah wawasan dalam hal mixing. Sampai bertemu lagi di session berikutnya tentang pengetahuan Mixing rekaman.

( Adrian Baskoro / DMU )


Disalin dari : " komputekonline.net "

Sabtu, 10 Oktober 2009

Cara Gampang & Murah Bikin Studio Rekaman di Rumah

Banyak orang berpikir bahwa untuk memiliki dan membangun sebuah studio rekaman dibutuhkan biaya yang sangat besar–karena harus membangun sebuah ruangan yang besar, beli peralatan rekaman yang High End, dan membutuhkan sistem peredaman suara–tentunya semua itu butuhkan biaya sangat mahal.
Itu pemikiran lama !.
Teknologi berkembang dengan sangat cepat. Tak terkecuali pada bidang teknologi perekaman. “Buktinya apa donk ?”. Nah, itulah yang akan kita bahas pada edisi pertama ini.

Ada dua jenis studio rekaman jika dilihat dari biaya yang dibutuhkan untuk membangunnya dan kompektivitas dari peralatan yang digunakan, yaitu :
1. Sistem rekaman professional ( Professional Digital Studio Recording )
2. Sistem rekaman rumahan ( Digital Home Recording )

Studio Rekaman Professional
Ini dia model studio rekaman yang banyak banget beredar di dunia perekaman di tanah air !.
Sebuah model studio yang mempunyai peralatan sangat kompleks dengan piranti Rack Processor, seperti Compressor, Limiter, Noise Gate, Pre Amp, dan lainnya, piranti Mixer yang mempunyai banyak Channel, ruang take yang penuh dengan peredam dan sistem akustik yang bagus, hingga kualitas instrumen musik dan microphone serta speaker monitor yang berkelas. Itulah sebabnya di sebut Studio Rekaman Profesional.

External Soundcard Echo

Namun pastinya komplektivitas dari semua elemen tersebut bermuara pada satu titik yang membuat banyak orang merasa “ wah kayaknya aku gak jadi bikin studio rekaman deh “, yaitu biaya yang dibutuhkan “ mahal bung ! “.

Jika diurai satu persatu tentang harga peralatan yang dibutuhkan memang sangat masuk akal kalo studio model ini membutuhkan biaya yang besar. Mari kita berhitung tentang beberapa harga alat yang dibutuhkan untuk membangun studio rekaman profesional ini.

Contoh untuk perangkat musik yang dibutuhkan antara lain gitar listrik, gitar akustik, keyboard, gitar bass, hingga satu set drum dan perkusi. Untuk kebutuhan perangkat instrumen musik ini harga yang harus dibayar kurang lebih Rp. 20 jutaan.

Digital Console Behringer

Selanjutnya adalah perangkat Microphone. Untuk mendapatkan hasil yang berkualitas harga total Microphone yang harus dibayar kurang lebih Rp. 22 jutaan. Harga mahal ini dikarenakan microphone yang dibutuhkan cukup banyak–untuk drum saja minimal 7 buah ( Snare, Hi-Hat, Tom 1, Tom 2, Floor, Overhat kiri, Overhat kanan, dan Kick drum ) serta Microphone vokal.

Masih belum percaya kalo harga untuk Microphone sangat mahal? Ambil contoh Microphone untuk Overhat. Untuk mendapatkan hasil yang berkualitas maka Microphone yang digunakan adalah AKG 414 ( 1 buah harganya 9 juta an ). Belum lagi dengan kebutuhan perangkat elektronik yang digunakan untuk proses rekaman, antara lain Mixer, Rack Processor, dan lainnya. Ditambah lagi untuk buat membangun ruangan studio dengan peredam dan sistem akustik yang mahal. “Waah, pasti pusing tuh mikirin duitnya dari mana..!“.

External Soundcard Media

Digital Home Recording System

Ini adalah model studio rekaman jaman sekarang! Perkembangan teknologi yang cepat juga merambah ke dunia perekaman. Hal ini memunculkan sistem perekaman digital dengan perangkat yang tidak terlalu kompleks ( “dan pastinya tak terlalu menguras dompet.. “ ), namun mempunyai kualitas yang tidak kalah dengan studio rekaman profesional.

Studio rekaman model ini menggunakan pendekatan piranti lunak ( Software ) dalam sistemnya. Maksudnya, peralatan-peralatan berharga mahal pada studio rekaman profesional di replace atau diganti dengan Software tersebut. Hal ini memang untuk lebih menekan biaya yang diperlukan dalam membangun studio rekaman.

Condenser microphone studio

Contohnya adalah kubutuhan drum untuk studio rekaman yang diganti oleh Software yang mensimulasi suara drum set asli. Contoh Software untuk simulasi suara drum set ini antara lain Groove Agent, EZ Drummer, BFD Drum, dan masih banyak lagi.

Contoh lainnya adalah simulasi dari instrumen guitar dan efeknya yaitu antara lain Virtual Guitarist, Amplitube, Guitar Rig, GTR, dan masih banyak lagi. Software simulasi dari instrumen – instrumen musik ini dikenal dengan nama VST ( Virtual Studio Technology ).

Flat speaker ESI 04

Untuk menekan harga dari efek processor audio seperti Pre Amp, Compressor, Limiter, Noise Gate, Noise Reduction, dan sejenisnya maka dibuatlah Software simulasi untuk perangkat-perangkat tersebut antara lain WizzoVerb, Nomad BlueVerb, Nomad Analog Trackbox, dan masih banyak lagi. Software simulasi untuk perangkat efek prosesor audio ini dikenal dengan nama Plug In.
VST dan Plug In ini bisa bekerja jika terlebih dahulu kita mengaktifkan Software perekaman. Beberapa contoh Software perekaman antara lain Cubase Studio 4, Nuendo 3, Cakewalk Sonar, Adode Audition, Pro Tools, dan lainnya.

Nah dengan Software simulasi tersebut maka kebutuhan untuk Hardware atau perangkat keras akhirnya bisa ditekan. Kebutuhan untuk Hardware pada Digital Home Recording hanyalah seputar perangkat yang memang tidak bisa disimulasi menjadi Software atau perangkat dasar untuk proses perekaman saja. Contohnya adalah Converter AD/DA ( External Soundcard ), Digital Console, Flat Speaker, Condenser Microphone, Headphone dan Keyboard Controller. Harga untuk perangkat-perangkat tersebut hanya berkisar dibawah 10 jutaan saja. “Wow, so cheap isn’t it ?! “.

Headphone Phillips SBC HD250

Keuntungan membangun Digital Home Recording selain dana yang cukup murah adalah troubleshooting yang tidak terlalu bertele-tele dikarenakan Hardware yang digunakan juga tidak banyak dan Cabling System nya juga mudah. Ini adalah model studio yang nantinya bakal menguasai dunia perekaman masa mendatang.

Bagan digital home recording

Namun kembali lagi bahwa hasil perekaman pasti ditentukan oleh kualitas dari peralatan yang digunakan. Sehebat-hebatnya Digital Home Recording yang digunakan, kualitas yang diperoleh tidak bisa mengalahkan Studio Rekaman Professional karena faktor dari keaslian perangkat yang digunakan. Contohnya adalah suara rekaman dari drum simulasi, misalnya EZ Drummer, tidak akan bisa mengalahkan suara drum asli dari Studio Rekaman Profesional. Jadi semua dikembalikan kepada kebutuhan masing-masing pemakai.

Selamat membangun studio rekaman yang sesuai dengan kebutuhan anda !.


Disalin dari : " komputekonline.net "

Sabtu, 03 Oktober 2009

“Hutan Batu” Karst Sulawesi, Satu-satunya di Indonesia, Terluas ke-3 di Dunia


Menyingkap Ekosistem Karst Maros
Karst Maros-Pangkep di Sulawesi Selatan merupakan salah satu kawasan karst yang mempunyai bentang alam yang unik dan khas yang biasa disebut tower karst.

SULAWESI Selatan punya karst (perbukitan cadas) yang sangat luas, yaitu Karst Maros-Pangkep. Membentang seluas 4.500 hektare, terluas ketiga di dunia. Susuri karst ini dan saksikan kekayaan di dalamnya.

Kawasan ini terletak di dua kabupaten, yaitu Kabupaten Maros dan Pangkep. Tepatnya di sebelah utara Kota Makassar, antara 50 hingga 100 kilometer dari Kota Makassar. Jajaran karst ini dapat terlihat jelas dari jalan trans-Sulawesi yang menghubungkan Makassar-Parepare.

Gua yang terbentuk sebagai hasil pencucian batuan karbonat itu tidak hanya menghasilkan ornamen gua yang sangat cantik. Tetapi juga menjadi tempat spesies manusia berlindung di masa lampau. Gua-gua yang dihuni oleh manusia dan kebudayaannya di masa lampau. Inilah yang disebut sebagai gua prasejarah.


Potensi speleologi
Gua-gua yang berkembang membentuk lorong dan sungai bawah tanah di karst Maros-Pangkep menjadi salah satu potensi tersendiri. Gua dengan sungai bawah tanah itu telah mengalami perkembangan pembentukan gua yang menakjubkan.

Gua terpanjang dan terdalam di Indonesia
Hingga kini, gua terpanjang dan terdalam di Indonesia pun ditemukan di karst Maros. Gua terdalam berbentuk sumur tunggal dengan kedalaman 260 meter ditemukan di Leang Leaputte. Adapun gua terpanjang diperkirakan ditemukan di sistem gua Salukkan Kallang, yang panjangnya mencapai 2.700 meter.

Sistem gua ini merupakan sekumpulan sistem perguaan yang sambung-menyambung dan mempunyai beberapa mulut gua. Salah satu mulut gua itu adalah gua vertikal yang terdapat di dalam kawasan konservasi Taman Nasional Bantimurung-Bulusaraung, di daerah Karaenta. Pada 2001, kembali ditemukan gua terpanjang kedua di Maros, dengan panjang 12 kilometer di daerah Balocci, Pangkep. Temuan ekspedisi tim Prancis ini semakin menambah daftar panjang kekayaan gua di Maros.

Hutan Karst di China




Disalin dari : kaskus.us